Penuh semangat pria tua itu menceritakan bagaimana ia berhasil mendidik anak-anaknya hingga berhasil semua. Ia menggunakan sistim Perjanjian Kontrak Kesepakatan.
Akibatnya sang ayah menjadi kecewa dan marah. Segera ia memulangkan si anak ke kota asalnya dan membiarkan ia tidak bersekolah sama sekali. Anak laki-laki ini bukan anak bodoh, tetapi ia hanya berontak karena tidak sehati dengan jurusan A1. Satu minggu, sebulan berlalu sang anak mulai khawatir karena hanya menganggur di rumah. Akhirnya ia memohon kepada ayahnya untuk mengembalikannya ke sekolah lagi. Awalnya sang ayah tidak menghiraukan, tetapi karena berkali-kali ia meminta, akhirnya orang tuanya menyetujui dengan sebuah persyaratan.
Di atas sebuah kertas yang berisi perjanjian kontrak antara orang tua dan sang anak tertulis bahwa ia harus menyelesaikan sekolahnya dengan baik. Jika melanggar kontrak, maka orang tua tidak segan-segan memberhentikan semua bantuan untuk dana pendidikan, selamanya! Plus keterangan tambahan, bahwa dana yang ada sangat terbatas mengingat masih banyak adik yang harus memperoleh pendidikan juga. Sang anak dengan mantap menandatangani kontrak dan memenuhi semua perjanjian. Ia lulus menjadi juara di kelasnya. Hingga saat ini sang anak sudah sukses dan berdiam di Jerman untuk berkarya.
Mendengar cerita ini, banyak pelajaran yang dapat dipetik antara lain: terkadang kita tidak bisa memaksa anak untuk mengikuti semua kemauan kita. Namun sebagai orang tua, kita tetap harus menanamkan tanggung jawab dengan tidak segan-segan melakukan hal yang berbeda, selama itu positif. Salah satunya dengan menggunakan cara unik yaitu perjanjian kontrak kesepakatan, layaknya atasan dan calon pegawainya.
salam
0 komentar:
Post a Comment